🌪️ Aksara Hanacaraka Kagolong Aksara Jenis

Berikutini langkah-langkah untuk install aksara Jawa di sistem operasi Windows: 1. Pertama, masuk ke menu Setting. 2. Lalu, klik Control Panel. Untuk Windows 7 dan Windows 10, bisa langsung search Control Panel di kolom pencarian. 3. Kemudian, klik Clock, Language, and Region atau yang icon nya bergambar globe. 4. Pengertian Aksara Jawa HanacarakaAksara Jawa Hanacaraka dipakai dalam berbagai teks berbahasa Jawa dan beberapa bahasa lain di sekitar wilayah penuturannya. Aksara Jawa Hanacaraka ini lebih dikenal sebagai Hanacaraka atau dasar Aksara Ngalegenaꦲꦤꦕꦫꦏ ꦢꦠꦱꦮꦭha na ca ra ka da ta sa wa laꦥꦝꦗꦪꦚ ꦩꦒꦧꦛꦔpa dha ja ya nya ma ga ba tha ngaUrutan dasar aksara Jawa banyak dikenal orang karena berisi suatu cerita legendaHana Caraka Terdapat Pengawal Data Sawala Berbeda Pendapat Padha Jayanya Sama kuat/hebatnya Maga Bathanga Keduanya mati.Catatan penting tentang aksara Jawa/d/, /ɖ/, /j/, /b/, dan /g/ pada bahasa Jawa selalu dibunyikan meletup ada hembusan h; ini memberikan kesan “berat” pada aksen mewakili fonem /a/ dan /ha/. Bila aksara ini terletak di depan suatu kata, akan dibaca /a/. Aturan ini tidak berlaku untuk nama atau kata bahasa asing selain bahasa Jawa.da dalam penulisan latin dipakai untuk /d/ dental dan meletup lidah di belakang pangkal gigi seri atas dan diletupkan. /d/ ini berbeda dari bahasa Indonesia/ dalam penulisan Jawa latin dipakai untuk /ɖ/ d-retrofleks. Posisi lidah sama dengan /d/ bahasa Melayu/Indonesia tetapi bunyinya dalam penulisan Jawa latin dipakai untuk /ʈ/ t-retrofleks. Posisi lidah sama seperti /d/ tetapi tidak diberatkan. Bunyi ini mirip dengan bila orang beraksen Bali menyuarakan t’.Aksara Jawa HanacarakaMakna Huruf Aksara Jawa HanacarakaHa Hana hurip wening suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha SuciNa Nur candra, gaib candra, warsitaning candara – pengharapan manusia hanya selalu ke sinar IllahiCa Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi – arah dan tujuan pada Yang Maha TunggalRa Rasaingsun handulusih – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nuraniKa Karsaningsun memayuhayuning bawana – hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alamDa Dumadining dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanyaTa Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidupSa Suram ingsun handulu sifatullah – membentuk kasih sayang seperti kasih TuhanWa Wujud hana tan kena kinira – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batasLa Lir handaya paseban jati – mengalirkan hidup semata pada tuntunan IllahiPa Papan kang tanpa kiblat – Hakekat Allah yang ada tanpa arahDha Dhuwur wekasane endek wiwitane – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasarJa Jumbuhing kawula lan Gusti – Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-NyaYa Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi – yakin atas titah/kodrat IllahiNya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki – memahami kodrat kehidupanMa Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin/mantap dalam menyembah IlahiGa Guru sejati sing muruki – belajar pada guru nuraniBa Bayu sejati kang andalani – menyelaraskan diri pada gerak alamTha Tukul saka niat – sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatanNga Ngracut busananing manungso – melepaskan egoisme pribadi juga ? Kamus bahasa Indonesia – bahasa JawaBaca juga ? Kamus Jawa Indonesia – Kamus Bahasa Jawa ke Bahasa IndonesiaPasangan Aksara Jawa HanacarakaPasangan Aksara Jawa HanacarakaJika Carakan / aksara Jawa lebih bersifat silabis kesukukataan, bagaimana Carakan bisa menuliskan huruf mati? Hal ini bisa dijawab dengan adanya pasangan. Pasangan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup diakhiri konsonan dengan suku kata contoh kata “aksara” yang bila dipisahkan menurut silabiknya adalah “ak”, “sa”, dan “ra”. Suku kata yang pertama suku kata “ak”. Untuk menuliskan “ak” ini pertama-tama adalah dengan menuliskan aksara “ha ꦲ” terlebih dahulu. Kemudian menuliskan aksara “ka ꦏ” karena aksara “ka”. Untuk mematikan vokal “a” pada “ka”, maka kita harus menuliskan bentuk pasangan “sa”.Bentuk pasangan disebutkan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup dengan suku kata berikutnya. Artinya bahwa huruf yang diikuti pasangan akan dimatikan huruf vokalnya sehingga menjadi konsonan. Pada kasus di atas aksara “ka” diikuti pasangan “sa” yang berarti “ka” akan dibaca sebagai “k”.Semua aksara pokok yang ada di Carakan memiliki pasangannya masing-masing. Bentuk pasangan ini ada yang dituliskan di bawah dan ada juga yang di atas sejajar dengan pasangan Aksara Jawa Hanacaraka adalahhanacaraka◌꧀ꦲ ◌꧀ꦤ ◌꧀ꦕ ◌꧀ꦫ ◌꧀ꦏdatasawala◌꧀ꦢ ◌꧀ꦠ ◌꧀ꦱ ◌꧀ꦮ ◌꧀ꦭpadhajayanya◌꧀ꦥ ◌꧀ꦝ ◌꧀ꦗ ◌꧀ꦪ ◌꧀ꦚmagabathanga◌꧀ꦩ ◌꧀ꦒ ◌꧀ꦧ ◌꧀ꦛ ◌꧀ꦔAksara Murda ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦩꦸꦂꦢ Aksara Jawa HanacarakaKegunaan Aksara MurdaPada aksara hanacaraka memiliki bentuk murda hampir setara dengan huruf kapital yang seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkanNama GelarNama DiriNama GeografiNama Lembaga PemerintahDan Nama Lembaga BerbadanKata-kata dalam Bahasa Indonesia yang menunjukkan hal-hal diatas biasanya diawali dengan huruf besar atau kapital. Untuk itulah pada perangkat lunak ini kita gunakan huruf kapital untuk menuliskan aksara murda atau pasangannyaAksara Murda dan PasangannyaSebagai catatan mengenai aksara murda ini bahwa tidak semua aksara yang ada di Hanacaraka memiliki bentuk Murdanya. Aksara murda dalam Hanacaraka hanya berjumlah 8 buah. Bentuk Murda dalam hanacaraka juga memiliki bentuk pasangan yang memiliki fungsi sama dengan pasangan dalam aksara Aksara Murda serta Pasangan MurdaAturan PengunaanUntuk aturan penulisan Aksara murda ini hampir sama dengan penulisan aksara-aksara pokok di Hanacaraka, ditambah dengan beberapa aturan tambahan yakni Murda tidak dapat dipakai sebagai sigeg konsonan penutup suku kata.Bila ditemui aksara murda menjadi sigeg, maka dituliskan bentuk aksara dalam satu kata atau satu kalimat ditemui lebih dari satu aksara murda, maka ada dua aturan yang dapat dipergunakan yakni dengan menuliskan aksara murda terdepannya saja, atau dengan menuliskan keseluruhan dari bentuk aksara mudra yang Pemakaian Aksara MurdaUntuk melengkapi aturan penggunaan aksara murda ini, contoh berikut bisa digunakan sebagai acuan untuk menuliskan Aksara Swara Aksara Jawa HanacarakaKegunaan Aksara SwaraAksara Swara sebagaimana aksara Murda memiliki fungsi dan kegunaan tertentu. Aksara Swara dalam penulisan Hanacaraka digunakan untuk menuliskan aksara vokal yang menjadi suku kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, untuk mempertegas Aksara SwaraAksara Swara tidak seperti aksara-aksara yang lain. Aksara ini tidak dilengkapi dengan bentuk pasangan. adapun bentuk Aksara Swara ini adalah sebagai berikut Aturan Penulisan Aksara SwaraDalam menuliskan Aksara Swara, diikuti aturan penulisan aksara swara sebagai berikut Aksara swara tidak dapat dijadikan sebagai aksara aksara swara menemui sigegan konsonan pada akhir suku kata sebelumnya, maka sigegan itu harus dimatikan dengan swara dapat diberikan sandangan wignyan, layar, cecak, suku, wulu dan Penggunaan Aksara SwaraUntuk melengkapi aturan penggunaan aksara murda ini, contoh berikut bisa digunakan sebagai acuan untuk menuliskan Aksara Rekan dalam Aksara Jawa HanacarakaKegunaan Aksara RekanPerlu diakui bahwa bentuk-bentuk huruf yang ada di dalam Hanacaraka tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam penulisan kata-kata dari manca negara. Sebagai salah satu bentuk asimilasi budaya ini, maka dibentuklah aksara rekan yang pada perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa rekan digunakan untuk menuliskan aksara konsonan pada kata-kata asing yang masih dipertahankan seperti Aksara Rekan dan Pasangan RekanAksara Rekan dalam Hanacaraka ada 5 buah, yang kesemuanya memiliki bentuk pasangan. Adapun bentuk aksara dan pasangan rekan itu digambarkan di bawah iniAturan Penulisan Aksara RekanUntuk menggunaan Aksara Rekan beserta pasangannya diikuti aturan sebagai berikutTidak semua aksara rekan mempunyai pasangan,yang mempunyai pasangan hanyalah fa,yang lain tidak rekan dapat diberikan pasanganAksara rekan juga dapat diberikan sandangan sebagaimana aksara-aksara yang ada dalam Penggunaan Aksara RekanBerikut ini adalah daftar aksara rekan dan aksara pasangannya yang dilengkapi dengan contoh penggunaan masing-masing dipakainya sandangan pada Aksara Jawa HanacarakaSandangan adalah tanda yang dipakai sebagai pengubah bunyi di dalam tulisan Jawa. Di dalam tulisan jawa, aksara yang tidak mendapat sandangan diucapkan sebagai gabungan anatara konsonan dan vokal a di dalam bahasa Jawa mempunya dua macam varian, yakni / / dan /a/.Vokal a dilafalkan seperti o pada kata bom, pokok, tolong, tokoh doi dalam bahasa Indonesia, misalnya Vokal a dilafalkan /a/, seperti a pada kata pas, ada, siapa, semua di dalam bahasa Indonesia, misalnya Sandangan di dalam aksara jawa dapat dibagi menjadi tiga golongan yakni sebagai berikut Sandangan Bunyi Vokal Sandhangan SwaraSandangan Konsonan Penutup Suku Kata Sandhangan Panyigeging WandaSandangan Gugus KonsonanSandhangan Aksara Jawa HanacarakaSandangan bunyi vokal Aksara Jawa HanacarakaSandangan bunyi vokal ada lima buah. Adapun bentuk dari sandangan bunyi vokal ini adalahPemakaian Sandangan WuluSandangan Wulu dipakai untuk melambangkan vokal i di dalam suatu suku kata. Sedangkan wulu ditulis di bagian atas akhir suatu aksara. Apabila selain wulu juga terdapat sandangan yang lain, maka sandangan wulu digeser sedikit ke Sandangan SukuPenulisan sandangan suku dapat dituliskan dalam dua keadaan yaitu Penulisan sandangan suku pada aksara. Sandangan suku dipakai untuk melambangkan bunyi vokal u yang bergabung dengan bunyi konsonan di dalam suatu suku kata, atau vokal U yang tidak dituliskan dengan aksara suku dituliskan serangkai di bagian bawah akhir aksara yang mendapatkan sandangan sandangan suku pada pasangan. Sandangan suku pada pasangan dituliskan mengikuti letak penulisan pasangan itu. Letak sandangan sukunya sendiri tetap berada pada bagian bawah akhir dari pasangan. Apabila sandangan suku mengikuti pasangan aksara ka, ta, atau la, maka pasangan ini harus dirubah dulu ke dalam bentuk aksara pokoknya dahulu, baru kemudian diberikan sandangan Sandangan PepetKegunaannya untuk dipakai untuk melambangkan vokal e di dalam suatu suku penulisan sandangan pepet tertera sebagai berikutSandangan pepet ditulis di bagian atas akhir selain pepet juga terdapat sandangan layar, maka sandangan pepet digeser sedikit ke kiri dan sandangan layar ditulis di sebelah kanan selain pepet juga terdapat sandangan cecak, maka sandangan pepet digeser sedikit ke kiri dan sandangan cecak ditulis di dalam sandangan pepet pada aksara yang mendapatkan pasangan dituliskan sesuai dengan aturan di atas, kecuali untuk aksara yang mendapatkan pasangan yang dituliskan di atas seperti sandangan ha, sa, dan pa. Untuk aksara yang mendapatkan pasangan ini, maka penulisan pepet berada di atas Sandangan pepet tidak dipakai untuk menuliskan suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan. Sebab suku kata re dan le yang bukan pasangan dilambangkan dengan tanda pacerek re dan Nga lelet le.Pemakaian Sandangan TalingSandangan taling dipakai untuk melambangkan bunyi vokal e atau e yang tidak ditulis dengan aksara swara E yang bergabung dengan bunyi konsonan di dalam suatu suku kata. Sandangan taling ditulis di depan aksara yang dibubuhi sandangan Untuk membedakan penggunaan sandangan pepet dengan taling, maka dalam perangkat lunak ini gunakane kecil untuk penulisan sandangan pepetE besar untuk penulisan sandangan talingPemaikaian Sandangan Taling TarungSandangan taling tarung dipakai untuk melambangkan bunyi vokal O yang tidak dituliskan dengan aksara swara di dalam suatu suku kata. Untuk Sandangan taling tarung dituliskan mengapit aksara yang dibubuhi sandangan taling tarung untuk aksara pasangan di tuliskan mengapit aksara yang dimatikan yang menjadi sigeg. Untuk aksara pasangan yang ada di atas seperti pasangan ha, sa, dan pa, maka taling ditaruh didepan aksara sigeg, sedangkan tarung ditaruh di belakang aksara penutup suku kata Aksara Jawa HanacarakaSandangan penutup suku kata ada 4 Sandangan WignyanSandangan wignyan adalah pengganti sigegan ha konsonan ha di akhir suku. Penulisan wignyan diletakkan di belakang aksara yang dibubuhi sandangan Sandangan LayarHampir sama dengan sandangan wignyan, sandangan layar digunakan untuk pengganti sigegan ra konsonan ra di akhir suku. Penulisan layar ditulis dibagian atas akhir aksara yang Sandangan CecakSandangan cecak digunakan untuk menuliskan sigegan ng sepasang konsonan nga di akhir suku kata. ada tiga buah kondisi dalam menuliskan sandangan cecak, yakni Sandangan cecak ditulis di atas aksara. Sandangan cecak dituliskan menurut aturan ini bila menemui keadaan aksara yang diikuti tidak memiliki sandangan di atas aksara selain cecak ditulis di atas aksara belakang sandangan wulu. Apa bila sandangan cecak mengikuti sandangan wulu, maka sandangan cecak dituliskan di belakang sandangan cecak ditulis di atas aksara di dalam pepet. Sandangan cecak apabila mengikuti sandangan pepet , maka penulisan cecak di taruh di dalam sandangan pepet. Dalam keadaan ini kedua sandangan penulisannya adalah sebagai berikut .Pemakaian Sandangan PangkonTidak seperti ketiga sandangan sebelumnya, sandangan pangkong memiliki beberapa fungsi. Fungsi-fungsi itu adalah Sandangan pangkong dipakai sebagai penanda bahwa aksara yang dibubuhi sandangan pangkon itu merupakan aksara mati, aksara penutup suku kata, atau aksara penyigeging wanda. Sandangan pangkong ditulis di belakang aksara yang di bubuhi sandangan pangkon dapat juga dipakai sebagai pembatas bagian kalimat atau rincian yang belum selesai, senilai dengan pada lingsa, atau tanda koma , di dalam ejaan latin, di samping untuk mematikan aksara. Pada kasus ini pangkong berfungsi macul, aku angon sapi, adhiku dolanan pangkon dapat ditulis untuk menghindarkan penulisan aksara yang bersusun lebih dari dua benik klambiSandangan gugus konsonanGugus konsonan adalah kumpulan dari dua konsonan dalam Hanacaraka yang akan membentuk suatu suku kata. sebagai contoh kraton yang dapat dipisah menjadi kra-ton. suku kata kra memiliki gugus konsonan kr. Di dalam Hanacaraka ada lima buah gugus konsonan yang digunakan dalam bentuk CakraSandangan cakra merupakan penanda gugus konsonan yang unsur terakhirnya berwujud konsonan r. Tanda cakra ditulis serangkai di bawah bagian akhir aksara yang diberi tanda cakra yang sudah diberikan cakra dapat diberikan sandangan lagi selain sandangan cakra, cecak, cakra la, cakra wa. Dan apa bila sandangan itu adalah pepet, maka sandangan cakra dan pepet ditulis menjadi cakra Cakra KeretSandangan Cakra Keret dipakai untuk melambangkan gugus konsonan yang berunsur akhir konsonan r dengan diikuti vokal e pepet. Dengan kata lain cakra keret digunakan sebagai ganti tanda cakra yang mendapatkan penambahan sandangan pepet. Tanda cakra keret ditulis serangkai di bawah bagian akhir aksara yang diberikan tanda keret PengkalSandangan Pengkal dipakai untuk melambangkan konsonan yang bergabung dengan konsonan lain di dalam suatu suku kata. Tanda pengkal ditulis serangkai di belakang aksara yang diberi tanda atau akronim dalam Aksara Jawa HanacarakaSingkatan adalah kependekan bentuk kata atau kelompok kata yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dilafalkan huruf demi huruf ataupun yang tidak. Sedangkan Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang dan akronim itu lazimnya dibuat berdasarkan atas tulisan beraksara latin. Untuk singkatan yang tidak dapat diucapkan sebagai mana layaknya sebuah kata, maka penulisannya adalah seperti apa yang terucap dari singkatan itu. Sedangkan akronim yang bisa diucapkan sebagai kata, maka dituliskan sebagai mana layaknya sebuah menuliskan singkatan pada perangkat lunak ini, gunakan huruf besar semua. contoh PPKI, PPPK, MPR, DPR dan lain kata /ka/ ditulis dengan satu aksara. Tanda baca dapat mengubah, menambahkan, atau menghilangkan vokal suku kata tersebut. Aksara memiliki beberapa bentuk untuk menulis nama, pengejaan asing, dan konsonan bertumpuk. Sumber foto Wikimedia CommonsAngka dan lambang bilangan Aksara Jawa HanacarakaAngka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Angka jawa adalah sebagai berikutAngka dipakai untuk menyatakan angka dipakai untuk menyatakan i Ukuran panjang, berat, luas, dan isi, ii satuan waktu, iii nilai uang, dan iv kuantitas. Penulisan angka untuk kasus ini dilakukan dengan mengapitkan tanda pada pangkat di awal dan di akhir penulisan Dawane 35 65 menuliskan satuan dari suatu bilangan, maka satuan itu bisa dituliskan dalam bentuk kata lengkapnya. sebagai contoh kilogram, meter, kilometer, dan Perangkat lunak ini juga mendukung perubahan bentuk huruf dari bentuk satuan tidak normal ke bentuk pengucapannya. Adapun dukungan satuan/besaran yang ditangani yakniTabel tak normal dan kata Baca Aksara Jawa HanacarakaDalam Hanacaraka terdapat pula tanda-tanda baca yang digunakan dalam penulisan kalimat, paragraf dan lainnya. Bentuk tanda baca yang ditangani dalam perangkat lunak ini ada 4 buah yakni Pada Adeg-adegPada adeg-adeg dipakai di depan kalimat pada tiap-tiap awal AdegPada adeg dipakai untuk menandakan bagian tertentu dari suatu teks yang perlu diperhatikan, hampir setara dengan tanda LingsaPada lingsa dipakai pada akhir bagian kalimat sebagai tanda intonasi setengah selesai. Tanda ini hampir setara dengan penggunaan koma,.Contoh wong gedhe, dhuwur, lan pakulitane LungsiPada lungsi dipakai pada akhir suatu kalimat. Tanda ini hampir setara dengan wis meh jam telu esuk, sumini durung bisa turu. pikirane goreh. goreh amarga mikirna bojone kang wis telung dina iki durung PangkatPada pangkat mempunyai beberapa fungsi tertentu, yang pada contoh berikut diperagakan sebagai titik dua Pada pangkat dipakai pada akhir pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh; aku arep tuku bala pecah mangkok, piring, lan kebanyakan dari angka Jawa memiliki bentuk yang sama dengan aksara huruf, Pada pangkat dipakai untuk menandakan suatu simbol sebagai angka dengan mengapitnya. Contoh; Ibu mundhut emas 75 pangkat dipakai untuk mengapit petikan langsung. Contoh; Ibu ngendika, sapa kancamuPratandha Aksara Jawa Hanacaraka – tanda bacaTanda baca koma, titik, dan pengapitDalam aksara Jawa, tanda baca yang tersedia hanya koma, titik, dan pengapit berfungsi sebagai tanda kurung atau tanda petik, dengan perbedaan aturan penulisan. Dibanding dengan alfabet Latin, aksara Jawa tidak memiliki tanda seru, tanda tanya, tanda hubung, garis miring, titik dua, titik koma, petik tunggal maupun simbol-simbol matematika umum, seperti tambah, kurang, sama aksara Jawa memiliki tanda baca-tanda baca khusus yang tidak terdapat dalam sistem penulisan sederhana, tanda baca dapat dibedakan menjadi dua umum dan khusus. Tanda baca umum digunakan di penulisan biasa, sementara tanda baca khusus digunakan dalam penulisan karya sastra puisi, dll.Tanda baca umumSimbolNamaFungsi꧊Pada adegTanda kurung atau petik꧋Pada adeg-adegMengawali suatu paragraf꧌Pada piselehBerfungsi seperti halnya pada adeg꧍Pada piseleh terbalikBerfungsi seperti halnya pada adeg꧈Pada lingsaKoma atau tanda singkatan꧉Pada lungsiTitik꧇Pada pangkatTanda angka atau titik duaꧏPada rangkepTanda penggandaan kataTanda baca khusus tunggalSimbolNamaFungsi꧁꧂ Rerengan kiwa lan tengenMengapit judul꧅Pada luhurMengawali sebuah surat untuk orang yang lebih tua atau berderajat lebih tinggi꧄Pada madyaMengawali sebuah surat untuk orang yang sebaya atau berderajat sama꧃Pada andhapMengawali sebuah surat untuk orang yang lebih muda atau berderajat lebih rendahTanda baca khusus kombinasi꧋​꧆꧋Pada guruMengawali sebuah surat tanpa membedakan umur atau derajat​꧉꧆꧉Pada pancakMengakhiri suatu surat​꧅ꦧ꧀ꦕ꧅atau ​꧅ꦧ꧀ꦖ꧅ PurwapadaMengawali sebuah tembang atau puisi​꧄ꦟ꧀ꦢꦿ꧄MadyapadaMenandakan bait baru​꧃ꦆ꧃WasanapadaMengakhiri tembang atau puisi.^1 Terdapat dua peraturan khusus mengenai penggunaan Koma tidak ditulis setelah kata yang berujung Koma menjadi titik apabila tetap ditulis setelah pangkon.^2 Lihat aksara numeral di atas. ^3 Fungsinya mirip seperti simbol 2 atau 2 dalam ortografi bahasa Indonesia lama yang menandakan kata berulang, misal pada kata “orang2” orang-orang. Karakter ini pada dasarnya adalah angka Arab dua ٢, namun tidak memiliki fungsi angka dalam aksara Jawa. Karakter tersebut diproposalkan sebagai karakter independen karena sifat dwi-arah angka Arab. ^4 Tanda baca khusus memiliki banyak varian karena sifatnya yang ornamental, dihias berdasarkan selera dan kemampuan baca arkais꧞Tirta tumétésTanda koreksi yang digunakan di Keraton Yogyakarta꧟Isèn-isènTanda koreksi yang digunakan di Keraton SurakartaTirta tumétés dan Isèn-isèn adalah semacam tanda koreksi yang berguna untuk menandakan salah dalam penulisan digital, kedua karakter ini sudah tidak dipergunakan lagi. Dalam penulisan manuskrip, apabila terjadi kesalahan penulisan, maka penyalin mengoreksi bagian yang salah dengan menulis tanda tersebut sebanyak tiga tumétés digunakan oleh penulis Yogyakarta, sementara Isèn-isèndigunakan oleh penulis Surakarta. Sebagai contoh, seorang penyalin naskan ingin menulis pada luhur namun salah tulis menjadi pada wu…, maka penyalin akan melanjutkan dengan menulis pada wu—luhur. Penyalin dari Yogyakarta menulis ꦥꦢꦮꦸ꧞꧞꧞ꦭꦸꦲꦸꦂ , sementara penyalin dari Surakarta akan menulisꦥꦢꦮꦸ꧟꧟꧟ꦭꦸꦲꦸꦂAksara WilanganAdapun pengertian dari aksara wilangan atau yang dikenal dengan bilangan merupakan sebuah aksara yang dipakai untuk menulis jenis angka di dalam aksara sendiri digunakan untuk menyatakan suatu lambang bilangan atau nomor. Angka di sini bisa berjenis ukuran, luas, berat, panjang, nilai uang, satuan waktu dan lain sebagainya. Berbagai jenis kuantitas penulisan angka ini dilakukan dengan mengapitkan tanda yang ada pada pangkat pada bagian awal serta akhir dari penulisan penulisan satuan di dalam sebuah bilangan, satuan tersebut bisa ditulis di dalam bentuk kata lengkapnya. Misalnya saja kilometer, meter, kilogram dan lain wilangan Aksara Jawa HanacarakaBacaan LainnyaPetruk adalah salah satu punakawan para pengikut kesatria dalam kesusastraan IndonesiaLudruk dan Ketoprak Sebuah drama budaya yang menceritakan rutinitas sehari-hari orang-orang kelas pekerjaTari Remong, sebuah tarian dari Surabaya JatimWisata SoloWisata Kebumen – Jawa Tengah Goa, Pantai, Air, Benteng, Religi dan Air TerjunTempat Belanja Unik di JogjaWisata JogjaSejarah Kerajaan Mataram 1588–1681 di JogjaKamus Jawa Indonesia – Kamus Bahasa Jawa ke Bahasa IndonesiaKamus Indonesia Jawa – Kamus Bahasa Indonesia ke Bahasa JawaSejarah Kerajaan Majapahit 1293-1500 – Dari Awal Sampai JatuhnyaKeraton Kasepuhan Cirebon – Sejarah, Arsitektur, LokasiSejarah Kerbau Kyai Slamet salah satu Pusaka Keraton Kasunanan SurakartaMagnitudo Gempa – Besaran Untuk Mengukur Gempa – Episentrum – Rumus, Contoh Soal dan JawabanCara Menghadapi Jika Terjadi Gempa Bumi – Tips, Persiapan dan Kesiapan Keselamatan Untuk Menghadapi Gempa BumiIndonesia Juga Memiliki 3 Reaktor Nuklir10 Cara Belajar Pintar, Efektif, Cepat Dan Mudah Di Ingat – Untuk Ulangan & Ujian Pasti Sukses!Tes Kepribadian Warna & Warna Mana Yang Anda Miliki? Hijau, Oranye, Biru, EmasKepalan Tangan Menandakan Karakter Anda & Kepalan nomer berapa yang Anda miliki?Unduh / Download Aplikasi HP Pinter PandaiRespons “Ooo begitu ya…” akan lebih sering terdengar jika Anda mengunduh aplikasi kita!Siapa bilang mau pintar harus bayar? Aplikasi Ilmu pengetahuan dan informasi yang membuat Anda menjadi lebih smart!HP AndroidHP iOS AppleSumber bacaan OmniglotPinter Pandai “Bersama-Sama Berbagi Ilmu” Quiz Matematika IPA Geografi & Sejarah Info Unik Lainnya Business & Marketing
  1. Οко аβуշθኒቿ ኀዪмθг
  2. Егузեτι уйусвըкрυ ως
  3. Κоኖυлէξеш иδሰпиγαζут уቇинሹጴոчу
  4. Иላисв οπ ջоклዕքо
    1. Госроቇаժ ፒегаδи
    2. Нт βиχуζечожу ծовецօቅαжу очэг
AksaraBali adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari sekitar 18 hingga 33 aksara dasar, tergantung dari penggunaan bahasa yang bersangkutan. Seperti aksara Brahmi lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu.
Aksara Hanacaraka kagolong aksara jenis abugida utawa hibridha antara aksara silabik lan aksara alfabet. Aksara silabik iki tegese yen saben aksara uga nyandhang sawijining swara. Hanacaraka kalebu kulawarga aksara Brahmi sing asale saka Tanah Hindhustan. Yen bentuke, aksara Hanacaraka wis ana kaya saiki wiwit kurang luwih abadkaping 17. Aksara Hanacaraka iki jenenge dijupuk saka limang aksara wiwitane yaiku “hana caraka”. Urutan dhasar aksara Jawa nglegena iki cacahe ana rongpuluh lan nglambangake kabeh fonem basa Jawa. Urutan aksara iki kaya mengkene —“Hana caraka” tegese “Ana utusan” —“Data sawala” tegese “Padha regejegan” —“Padha jayanya” tegese “Padha digjayane” —“Maga bathanga” tegese “Padha dadi bathang”. Urutan ukara iki digawe miturut legendha yen aksara Jawa iku diasta dening AjiSaka saka Tanah Hindhustan menyang Tanah Jawa. Banjur Aji Saka ngarang urutan aksara kaya mengkene kanggo mengeti rong panakawane sing setya nganti pati Dora lan Sembada. Lorone mati amerga ora bisa mbuktekake dhawuhe sang ratu. Mula Aji Saka banjur nyiptakake aksara Hanacaraka supaya bisa kanggo nulis layang. —Sajarah aksara Jawa Hanacaraka Pallawa Aksara Pallawa iku asale saka India sisih kidul. Jenis aksara iki digunakake ing kiwa-tengene abadkaping 4 lan abadkaping 5. Bukti kapisan panganggonan jenis aksara iki ing Nuswantara ditemokake ing pulo Kalimantan sisih wetan ing cedhak tlatah sing saiki diarani Kutai. Banjur aksara iki uga digunakake ing puloJawa ing tlatah Sundha ing prasastine Tarumanegara sing katulis ing kiwa-tengene taun 450. Ing Tanah Jawa dhewe aksara iki kagunakake ing PrasastiTukMas lan PrasastiCanggal. Aksara Pallawa iki bisa dianggep baboning kabeh aksara ing Nuswantara, kalebu aksara Hanacaraka. Yen dideleng aksara Pallawa iki rupane makothak-kothak. Ing basa Inggris prekara iki diarani nganggo ukara box head utawa square head-mark. Banjur meh kabeh aksara tinulis nganggo apa sing kasebut mawa istilah serif. Serif-e tinulis ing sisih kiwa. Senadyan aksara Pallawa wis ditepangi ing Nuswantara wiwit abadkaping 4, nanging basa Nuswantara asli durung ana sing katulis ing aksara iki. Kawi Wiwitan Prabedan antara aksara Kawi Wiwitan karo aksara Pallawa iku utamane gayane. Aksara Pallawa iku ketara yen sawijining aksara monumental sing kanggo nulis ing watu. Aksara Kawi Wiwitan katone utamane aksara sing kanggo nulis ing rontal lan mulane bentuke dadi luwih kursif. Aksara Kawi Wiwitan digunakake watara taun 750 nganti 925. Prasasti-prasasti sing katulis ing aksara Kawi Wiwitan cacahe akeh, kurang luwih 1/3 sapratelon saka kabeh prasasti sing ditemokake ing pulo Jawa. Ing Tanah Jawa, aksara iki paling tuwa ditemokake ing PrasastiPlumpungan cedhak Salatiga sing kurang luwih ditulis ing taun 750. Prasasti iki isih ditulis ing basa Sangskerta. Kawi Pungkasan Kira-kira sawise taun 925, pusat kakuwasan ing pulo Jawa dadi pindhah ing Jawa Wetan. Pangalihan kakuwasan iki uga katon pangaruhe ing jenising aksara sing kanggo. Mangsa aksara Kawi Pungkasan iki kira-kira saka taun 925 nganti 1250. Sajatine aksara Kawi Pungkasan ora beda akeh ing wujude karo aksara Kawi Wiwitan, namung gayane wae sing dadi rada seje. Ing sisi liya, gaya aksara sing kanggo ing Jawa Wetan sadurunge taun 925 uga wis beda karo gaya ing Jawa Tengah. Dadi katone prabedan iki ora namung prabedan ing wektu wae nanging uga ing papan. Ing mangsa iki bisa dibedakake papat gaya aksara sing beda-beda Kawi Jawa Wetanan saka taun 910 – 950; Kawi Jawa Wetanan saka jaman prabu Airlangga 1019 – 1042; Kawi Jawa Wetanan Kedhiri kurang luwih 1100 – 1220; 4. Aksara tegak quadrate script isih saka mangsa Kedhiri 1050-1220. Majapait Ing sajarah Nuswantara mangsa antara taun 1250 – 1450 iki ditandhani karo dhominansi Majapait ing Jawa Wetan. Aksara Majapait iki uga nuduhake pangaruh saka gaya panulisan ing rontal lan rupane endhah. Gayane semu kaligrafis. Gaya panulisan aksara gaya Majapait iki wis nyedhaki gaya modhern. Sawise jaman Majapait sing miturut tradhisi Jawa negara binedhah ing taun 1478 candrasangkalane sirna ilang kretaning bumi nganti pungkasan abadkaping 16 utawa awal abadkaping 17, kanggo sajarah aksara Jawa bisa diarani “jaman peteng”. Amerga sawise iku nganti awal kaping 17 meh ora ditemokake bukti panulisan. Ujug-ujug bentuk aksara Jawa dadi bentuke sing modhern. Pasca-Majapait utawa Hanacaraka Sawise jaman Majapait, muncul jaman Islam lan uga jaman Kolonialisme Kulon ing Tanah Jawa. Ing jaman iki banjur muncul naskah-naskah manuskrip kapisan sing wis nganggo aksara Hanacaraka Anyar. Naskah-naskah iki ora namung katulis ing godhong palem rontal utawa nipah maneh, nanging uga ing dluwang utawa kertas lan awujud buku utawa codex “kodheks”. Naskah-naskah iki ditemokake ing tlatah pasisir lor Jawa lan padha digawani menyang Eropah ing abad kaping 16 utawa 17. Bentuke aksara Hanacaraka Anyar iki wis beda karo aksara sadurunge kayata aksara Majapaitan. Prabedan utama iku anane serif tambahan ing aksara Hanacaraka Anyaran. Aksara-aksara Hanacaraka awal iki bentuke memper kabeh saka Banten ing sisih kulon nganti tekan Bali. Nanging banjur akire pirang-pirang tlatah ora nganggo aksara Hanacaraka lan pindhah nganggo Pegon lan aksara Hanacaraka gaya Surakartan sing dadi baku. Nanging saka kabeh aksara iku, aksara Bali sing bentuke tetep padha nganti ing abadkaping 20.
\n \n \n \naksara hanacaraka kagolong aksara jenis
Lebahaksara, urang Sunda harita bingung, nya aksara mana anu kudu dipaké, lantaran wanda aksara di lingkungan urang Sunda téh rupa-rupa pisan. Justru anu loba Justru anu loba 54 Pamekar Diajar BASA SUNDA Pikeun Murid SMA/MA/SMK/MAK Kelas X digunakeun jeung dipikawanoh ku urang Sunda nepi ka harita téh nyaéta aksara cacarakan (hanacaraka
ilustrasi googleJurnalMalang - Hanacara atau Hanacaraka adalah sebutan untuk sejumlah aksara serumpun yang terutama digunakan di pulau Jawa dan Bali. Pada masa tertentu, alfabet ini juga digunakan untuk merujuk pada aksara sejenis yang pernah digunakan oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat, masyarakat Madura, dan masyarakat Sasak di Hanacaraka bukanlah alfabet kuno. Masih ada alfabet yang jauh lebih lampau dan terdokumentasikan dengan baik melalui sejumlah situs. Arkeolog dan sejarahwan Nusantara, Dwi Cahyono menjelaskannya secara detail."Hanacaraka bukan aksara Jawa yang terawal. Ajisaka yang "dilegendakan sebagai kreator" abjad Hanacara dengan demikian bukan tokoh yang pertama mengenalkan aksara di Jawa," ungkap Dwi Cahyono yang juga akademisi di Malang ini melakui akunnya sept/2021.Jauh sebelumnya, telah tumbuh dan berkembang Aksara Jawa yang lebih awal. Terdapat Aksara Jawa Kuna, telah hadir paling tidak sejak medio abad VIII M. Aksara ini merupakan perkembangan evolusioner dari aksara asal India Selatan, yakni Pallawa, yang telah ada di Nusantara semenjak medio abad IV M. dalam prasasti Yupa dan abad V M dalam prasasti era Tarumanagara. "Hanacarakan dan sejumlah aksara Nusantara lainnya secara paleografis berdasarkan bentuk aksaranya sebagai hasil perkembangan secara evolusioner dari aksara Pallawa. Hanacaraka hanyalah "Aksara Jawa Baru", yang baru hadir pada abad XVI M di "era pembaharuan budaya Jawa" pada masa pemerintahan Sultan Agung," lanjut perempat milenium sebelumnya medio abad VIII M, manusia Jawa telah mempunyai aksara, yakni aksara Jawa Kuna. Tradisi literal di Jawa dengan demikian bukanlah baru hadir pada abav XVI M lewat Hanacaraka, melainkan jauh lebih awal lagi, yakni pada medio abad VIII M melalui aksara Jawa Kuna. Mithos "Agastya di Nusantara" adalah narasi arkais yang mengawali legenda Ajisaka di dalam hal keberadaan aksara atau literalisasi peradaban Jawa."Kendati demikian, aksara "Hanacara" memberi kontribusi pada peradaban Jawa dalam "Masa Jawa Baru". Hanacara adalah hasil pembaharuan keaksaraan di Jawa yang amat penting, walau bukan aksara Jawa yang tertua. Nuwun." Pungkas peneliti yang akrab dengan para arkeolog Jerman maupun Belanda ini. **
Lebahaksara, urang Sunda harita bingung, nya aksara mana anu kudu dipaké, lantaran wanda aksara di lingkungan urang Sunda téh rupa-rupa pisan. Justru anu loba digunakeun jeung dipikawanoh ku urang Sunda nepi ka harita téh nyaéta aksara cacarakan (hanacaraka), anu saenyana aksara ti Jawa. Kréasi urang Sunda dina aksara cacarakan téh cenah
Ilustrasi Menulis Tulisan Hanacaraka. Sumber Thought Catalog/ merupakan sebutan lain dari tulisan aksara yang berkembang di Tanah Jawa dan Sekitarnya. Salah satu legenda yang berkembang di Indonesia mengungkapkan bahwa aksara Hanacaraka muncul atau diciptakan oleh penguasa Kerajaan Medang Kamulan bernama Aji Saka. Namun, asal usul Hanacaraka dapat berbeda-beda di setiap daerah sebab legenda serta cerita rakyat Indonesia sangatlah kaya. Walaupun kali ini kita tidak membahas mengenai asal usul tulisan Hanacaraka secara terperinci, kita akan tetap berusaha memahami Hanacaraka dengan ulasan tentang macam-macam tulisan Hanacaraka Jawa. Yuk, kita simak bersama!Tulisan Hanacaraka JawaTulisan Hanacaraka Jawa atau Aksara Jawa memiliki 20 huruf dasar. Javaholic Genk Kobra Community 2015 2 dalam “Gaul Aksara Jawa” menjelaskan bahwa Aksara Jawa merupakan turunan dari aksara Brahmi dan Pallawa yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Sansekerta yang kala itu menjadi bahasa internasional di Kawasan dengan alfabet atau abjad dalam Bahasa Indonesia, Aksara Jawa memiliki 20 huruf dasar atau Pasangan dan 20 Sandhangan. Adapun contoh Tulisan Hanacaraka atau Aksara Jawa tersebut, yaitu sebagai Na Ca Ra KaDa Ta Sa Wa LaPa Dha Ja Ya NyaMa Ga Ba Ta NgaPasangan. Sumber Sumber u, é, o, e, r, h, nga, paten, koma, titik, ra, re, la, wa, ya, le, le, pada pangkat, dan pada unik dan indah ya, tulisan Hanacaraka Jawa? Kalau kata anak kekinian sih, aesthetic, hihihi! Bagi sebagian orang yang baru pertama kali melihat tulisan aksara tentu kebingungan untuk menggunakannya. Cara termudah untuk menggunakan Aksara Jawa, yaituTulis kata yang ingin dibuatkan suku kata dari kata huruf konsonan kata tersebut pada Pasangan Aksara JawaGunakan Sandhangan sebagai bunyi dan tanda itu, Anda juga bisa belajar menulis aksara Jawa dengan menyaksikan video berikut belajar tulisan Hanacaraka. Satu langkah baik untuk melestarikan budaya kita, sungguh berarti. AA

Berikutini aksara jawa hanacaraka dan bunyinya: Ha Na Ca Ra Ka: Pa Dha Ja Ya Nya. Ada sebuah kisah: Mereka sama-sama sakti. Da Ta Sa Wa La: titik dua, tanda hubung serta titik dua. Aksara jawa dibagi dalam sedikit jenis sesuai fungsinya. Untuk karakter dasar terdiri dari 20 suku kata dan dipakai dalam penulisan bahasa Jawa modern. Selain

- Hanacaraka adalah sebutan untuk aksara yang dipakai di Tanah Jawa dan sekitarnya. Meski umum disebut sebagai aksara Jawa, Hanacaraka sebenarnya juga digunakan untuk merujuk pada aksara Bali yang masih serumpun. Baik aksara Jawa dan Bali, sama-sama disebut Hanacaraka karena lima aksara pertamanya berbunyi ha na ca ra tetapi, dua aksara tersebut memiliki perbedaan pada jumlah huruf dan bentuk tulisannya. Asal-usul Hanacaraka Legenda mengatakan bahwa aksara Hanacaraka diciptakan oleh Aji Saka, penguasa Kerajaan Medang Kamulan, yang mempunyai dua abdi setia bernama Dora dan ketika, Aji Saka mengutus Dora untuk menemui Sembada dan membawakan pusakanya. Dara kemudian mendatangi Sembada dan menyampaikan tentang perintah tuannya. Namun, Sembada menolak karena sesuai perintah Aji Saka sebelumnya, tidak ada yang diperbolehkan untuk membawa pusaka itu selain Aji Saka sendiri. Alhasil, dua abdi Aji Saka saling mencurigai bahwa masing-masing bermaksud untuk mencuri pusaka itu. Sembada dan Dora pun bertarung hingga keduanya meninggal. Ketika Aji Saka menyusul, ia menemukan dua abdinya telah meninggal akibat kesalahpahaman. Di depan jasad dua abdinya itu, Aji Saka membuat puisi yang kemudian dikenal sebagai Hanacaraka atau aksara Jawa.
AksaraJawa yang sering disebut dengan Hanacaraka merupakan aksara jenis abugida turunan dari aksara Brahmi. En You can put Javanese Script text here and then click jawa latin button to transliterate to Latin. Banyak karya yang telah menggunakan aksara Jawa. Namun dilengkapi dengan teknik kaligrafi.
Berapa banyak jenis aksara yang kamu ketahui?Di kehidupan kita yang sudah sangat modern ini mungkin kita hanya menyadari satu jenis aksara, yakni aksara Latin. Namun, perlu diingat kalau Indonesia sebenarnya juga punya jenis aksara khas yang berjumlah 12 aksara, yakni aksara Jawa, Bali, Sunda Kuno, Bugis/Lontara, Rejang, Lampung, Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, Mandailing, dan Kerinci/Rencong. Salah satu yang paling kita kenal adalah aksara perjalanan sejarahnya, aksara Jawa dan beberapa aksara nusantara lainnya sebenarnya merupakan turunan dari aksara Pallawa yang digunakan sekitar abad ke-4 Masehi. Lalu seiring perkembangan zaman pula, aksara Hanacaraka mengalami beragam perubahan bentuk dan komposisi hingga seperti yang kita kenal sampai saat Jawa yang sering disebut dengan "Hanacaraka" merupakan aksara jenis abugida turunan dari aksara Brahmi. Dari segi bentuknya, aksara "Hanacaraka" punya kemiripan dengan aksara Sunda dan Bali. Untuk aksara Jawa sendiri merupakan varian modern dari aksara Kawi, salah satu aksara Brahmi hasil perkembangan aksara Pallawa yang berkembang di masa berjayanya kerajaan-kerajaan Islam, tepatnya dari zaman Kesultanan Demak hingga Pajang, teks dari masa tersebut diwakili dengan serat Suluk Wijil dan serat Ajisaka. Pada masa itu diperkenalkan urutan pangram Hanacaraka untuk memudahkan pengikatan 20 konsonan yang digunakan dalam bahasa Jawa. Urutan tersebut terdiri dari 4 baris dengan tiap baros terdiri dari 5 aksara yang menyerupai ada pula cerita asal-usul aksara Hanacaraka menurut cerita legenda yang kita kenal dengan kisah menurut legenda, aksara Hanacaraka terlahir dari cerita pemuda sakti bernama Ajisaka yang pergi mengembara ke Kerajaan Medhangkamulan. Kerajaan tersebut memiliki seorang raja bernama Dewata Cengkar yang amat rakus dan senang memakan daging manusia. Rakyatnya banyak yang ketakutan dengan kebiasaan rajanya tersebut. Demi menghentikan kebiasaan sang raja, Ajisaka pun bertolak memiliki dua orang abdi yang sangat setia bernama Dora dan Sembada. Suatu ketika, Ajisaka pergi mengembara ke Kerajaan Medhangkamulan dan mengajak Dora untuk menemaninya. Sementara itu, Sembada diperintah untuk tetap tinggal di Pulau Majethi karena harus menjaga keris pusaka milik Ajisaka agar tidak jatuh ke tangan orang lain selain di Kerajaan Medhangkamulan, Ajisaka segera menghadap Prabu Dewata Cengkar untuk meminta sebidang tanah seukuran kain surban kepalanya. Permintaannya ini adalah sebagai syarat bahwa Ajisaka bersedia menjadi santapan sang Raja asalkan ia mendapatkan tanah yang ia mau. Akhirnya, Prabu Dewata Cengkat mengamini permohonan Ajisaka. Ia mengukur tanah menggunakan kain surban Ajisaka, namun tak disangka kain surban tersebut semakin lama semakin meluas hingga membuat Prabu Dewata Cengkar mundur dan terus mundur sampai mendekati jurang pantai sekali Prabu Dewata Cengkar tidak dapat menyelamatkan diri dan mati terjatuh dari jurang. Sejak saat itu Ajisaka diangkat menjadi raja di Kerajaan Ajisaka teringat dengan pusakanya yang ditinggal di Pulau Majethi. Ia pun mengutus Dora untuk mengambilnya dari Sembada. Sesampainya di Pulau Majethi, Dora segera meminta pusaka Ajisaka yang dijaga oleh Sembada, namun rekannya itu tidak mau memberikan pusaka tersebut karena teringat dengan perintah Ajisaka. Sementara itu, Dora juga bersikukuh bahwa apa yang dilakukannya adalah perintah dari Ajisaka. Merekapun berdebat dan bergelut. Sayang sekali, keduanya akhirnya kedua abdinya tewas, Ajisaka pun menyesali apa yang telah dilakukannya. Lantas untuk mengenang, ia melantunkan pantun Hanacaraka yang penuh maknaHa Na Ca Ra Ka Ada sebuah kisahDa Ta Sa Wa LaTerjadi sebuah pertarunganPa Dha Ja Ya NyaMereka sama-sama saktiMa Ga Ba Tha NgaDan akhirnya semuanya matiMakna filosofis aksara HanacarakaDari kisah-kisah tersebut, kita bisa menarik simpulan bahwa aksara Hanacaraka memiliki makna filosofi yang bijaksana. Makna filosofis tersebut bisa dipaparkan seperti di bawah iniHa-Na-Ca-Ra-Ka artinya adalah ”utusan” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Hal ini menunjukkan adanya pencipta Tuhan, ciptaan manusia, dan tugas yang diberikan Tuhan kepada berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan "data" atau saatnya dipanggil tidak boleh "sawala" atau mengelak. Dalam hidup ini manusia harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak menunjukkan menyatunya zat pemberi hidup Ilahi dengan yang diberi hidup makhluk. Makna filosofisnya, setiap batin manusia pasti sesuai dengan apa yang berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan . Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk diolah dari berbagai sumberCek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News .